BERITA

Perbedaan Pelaksanaan Ramadahan Tak Perlu Dipermasalahkan

MALANG – Bulan Ramadan 1435 H / 2014 M tidak lama lagi tiba. Namun, setiap tahun selalu ada saja pro-kontra terkait perbedaan awal puasa atau jatuhnya tanggal 1 Ramadan. Sadar akan hal tersebut, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Malang H. Sudjoko Santoso merasa perlu untuk mengeluarkan imbauan.
Ia menilai, umat islam di Kota Malang  tidak perlu mempermasalahkan perbedaan awal puasa. Ia menyebut, dalam Ramadan tahun ini hampir dipastikan penetapan tanggal 1 Ramadan tidak serempak.“Insya Allah ada perbedaan permulaan puasa. Ada yang tanggal 28 Juni dan ada yang 29 Juni,” ujarnya kepada Malang Post kemarin.
Oleh karenanya, Sudjoko mengimbau kepada semua elemen umat muslim di Kota Malang untuk meredakan jama’ahnya masing-masing. Ia menambahkan, perbedaan seperti ini bukan sekali saja terjadi. Pada tahun-tahun sebelumnya, juga sering terjadi perbedaan penetapan awal puasa.“Perbedaan ini bukan hanya tahun ini saja. Namun sebelumnya juga pernah dan hal-hal seperti ini harus disikapi dengan toleran,” urainya.
Terkait perbedaan tersebut, ia menjelaskan bahwa penetapan tanggal 1 Ramadhan memang terdapat dua metode secara Islam. Sudjoko mengatakan bahwa dua metode tersebut memang disyari’atkan. Adapun dua metode yang ia maksud, yakni rukyatul hilal bil fi’li dan hisab.
“Kedua-duanya diperbolehkan dalam Islam. Jadi semua pihak tidak boleh memperuncing atau memantik permasalahan. Imbauan kami kepada umat Islam yang ada di Kota Malang, mohon dengan hormat satu sama lain ada toleransi,” tandasnya.
Sudjoko juga menyampaikan bahwa imbauan tersebut bukan hanya dimaksudkan terhadap dua kelompok muslim, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, namun juga berlaku kepada semua pihak. Ia beralasan, perbedaan metode dan hasil penetapan awal puasa ini bukan saja menyangkut Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Sudjoko mengakui bahwa ada beberapa kelompok lain yang menggunakan metode hisab selain Muhammadiyah. Ia memberi contoh, sejumlah pondok pesantren di Kota Malang juga pernah ia temukan ada yang memakai metode hisab.Ia optimis, masyarakat mampu toleran dalam menanggapi permasalahan ini. “Kita sudah cukup tangguh untuk menghadapi permasalahan ini,” pungkas Sudjoko. (rul/nug)

Sumber: malang-post.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *