Bupati Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Markus Dairo Talu, memberi cindera mata dalam pertemuan bersama empat perwakilan pemerintah daerah Sumba dan Jajaran Forum Daerah Kota Malang dalam kunjungannya ke Kota Malang, Jumat (22/4/2016).
Pemda Sumba menyambut positif permintaan Pemkot Malang untuk memberi pengenalan budaya warganya yang akan mengenyam pendidikan di kota Malang dan siap membimbing mahasiswa daerahnya sebelum berangkat belajar ke Kota Malang, Ini setelah beberapa waktu lalu, terjadi tawuran yang melibatkn mahasiwa warga daerah Sumba.
Hal itu diucapkan Bupati Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Markus Dairo Talu, saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Malang, Jumat (22/4/2016), bersama tiga perwakilan daerah Sumba lain, yaitu Wakil Bupati Sumba Barat Marthen Ngailu Toni, Bupati Sumba Tengah Umbu Sappi Pateduk, dan Bupati Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora.
Selain menyanggupi permintaan Pemkot Malang, ia juga meminta maaf atas kejadian yang dilakukan oleh oknum warganya sehingga sempat menimbulkan keresahan bagi warga setempat.
Setelah informasi tawuran itu terdengar, pemerintah daerah Sumba sebenarnya sudah mengambil sikap dengan menghubungi masing-masing koordinator daerah yang tinggal di Kota Malang.
“Terima kasih untuk Polres Malang Kota yang menangani masalah dengan sigap dan cepat. Kejadian itu memang sempat membuat ketakutan tersendiri sehingga membuat mahasiswa asal Sumba lain lari ke Surabaya dan Denpasar,” ucapnya.
Para bupati masing-masing daerah akan menggelar pertemuan tatap muka dengan mahasiswa yang tinggal di Kota Malang setiap enam bulan sekali. Cara itu sebenarnya sudah diterapkan pada mahasiswa dan warga Sumba yang tinggal di Jakarta, Bogor, Tanggerang, dan Bekasi.Hasilnya, kata Markus, perkelahian atau tawuran serupa tak pernah terjadi dalam empat tahun terakhir.
Ia berharap, cara tersebut juga bakal berdampak positif saat diterapkan di Kota Malang.Selain itu, saat libur kuliah, masing-masing koordinator daerah juga sudah diinstruksikan agar mengontrol para mahasiswa yang berada di bawah bimbingannya.
“Nanti yang akan kuliah di Kota Malang akan saya kumpulkan. Saya tahan keberangkatan mereka sebelum bertemu masing-masing bupati dulu. Setelah diberi arahan, mereka baru boleh berangkat. Kami berdoa bersama. Ini pelajaran buat kami, mudah-mudahan jadi yang pertama dan terakhir,” tambahnya.
Pembawaan senjata tajam oleh calon mahasiswa akan diperketat. Mereka tidak akan diizinkan membawa barang tajam jenis apapun ke daereh tujuan tanpa izin dari Polres setempat.
Sementara Wali Kota Malang M Anton menekankan, permintaan kepada pemerintah daerah Sumba untuk mengenalkan budaya Malang kepada calon mahasiswanya bukan sebagai upaya pembatasan masuknya warga asal sana ke kota ini.
Kota Malang, kata dia, tetap terbuka bagi warga daerah mana pun yang ingin mengenyam pendidikan di kota yang memiliki lebih dari 50 perguruan tinggi itu.
“Yang penting itu niatan sebelum anak-anak itu datang, mereka harus bisa melihat dulu adat istiadat daerah yang mau mereka tuju. Harapan kami, akan ada pembekalan khusus dari daerah masing-masing. Warga Malang cinta damai, kok,” ucapnya.