BERITAKewaspadaan Daerah

Pelajar Papua: Kami di Malang Mau Belajar, Bukan Melakukan Makar

20160727_093546

bakesbangpol.malangkota.go.id, KLOJEN – Pelajar dan mahasiswa Papua di Kota Malang merasa diintimidasi oleh oknum warga di Kota Malang akhir-akhir ini. Salah satu bentuk intimidasi itu adalah munculnya spanduk penolakan warga Papua yang ingin makar. Hal inilah yang membuat sejumlah pelajar yang tergabung dalam Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (Ipmapa) Malang, menggelar aksi damai di depan kantor DPRD Kota Malang, Rabu (27/7/2016).

Aksi itu dilakukan sebagai klarifikasi dan protes atas tudingan makar yang dilakukan sejumlah warga Malang kepada warga Papua yang ada di Malang.

“Kami warga Papua menuntut klarifikasi DPR dan Pemerintah Kota Malang atas tudingan-tudingan kepada kami warga Papua yang ada di bumi Arema,” kata Anton Nawipa saat menyampaikan orasinya.

Dikatakannya, pada tanggal 1 Juli lalu, terdapat spanduk yang bernada rasis. Spanduk tersebut menuding warga Papua telah melakukan tindakan makar di Malang. Spanduk tersebut berbunyi “Warga Papua Mau Belajar di Malang ‘OK’ Kalau Makar ‘NO’ Tinggalkan Malang Saja”.

Tulisan yang ada di dalam spanduk tersebut membuat warga Papua yang ada di Malang geram. Sebab warga Papua yang ada di Malang tidak pernah melakukan tindakan makar.

“Jadi harus kita pahami bersama-sama, kami juga bagian dari masyarakat di Malang. Intinya kami warga Papua yang ada di Malang kecewa dengan tudingan- tudingan itu. Kita warga memiliki kehidupan yang sama,” jelasnya.

Dikatakan Anton, dari adanya tudingan tersebut, sikap masyarakat Malang terhadap warga Papua yang ada di Malang menjadi berubah. Warga Malang menjadi waswas dan banyak yang bertanya terkait organisasi separatis yang ada di Papua .

“Kami beberapa minggu, di Papua di kos-kosan dan di kontrakan, kami ditanyakan hal-hal yang tidak layak ditanyakan. Kami di Malang mau belajar, kami bukan mau melakukan makar, bukan tergabung dalam organisasi separatis,” paparnya.

Ke depan pihaknya berharap supaya tidak ada pandangan rasis terhadap wargaPapua yang ada di Malang. Ia juga mengaku ingin hidup damai bersama warga di Malang.

“Kami tidak ingin adanya pembungkaman demokrasi, rasis di Kota Malang. Kami ingin kami dan warga Arema bersaudara,” jelasnya. (*)

Editor: Raya Desmawanto Nainggolan
Sumber: Kompas.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *