Mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Malang sudah dua kali ini menggelar aksi di depan Balaikota Malang. “Kita sudah kedua kalinya aksi mendesak Pemerintah Kota Malang mencabut izin tempat hiburan yang menampilkan tarian striptis. Tapi, Wali Kota Malang hanya pemberi harapan palsu,” kata koordinator aksi, Samawi alias Awing, dalam orasinya, Rabu (24/9/2014) kemarin.
Menurut Awing, mahasiswa hanya meminta Pemerintah Kota Malang mencabut izin hiburan malam yang terindikasi melakukan pelanggaran pornoaksi dan prostitusi, serta mengontrol izin usaha hiburan malam. “Karena Kota Malang itu sebagai kota pendidikan. Jangan dicemari dengan tarian telanjang,” kata dia.
Awing menegaskan, dia tak akan berhenti untuk terus melakukan aksi dan bahkan mendesak Wali Kota Malang mundur dari jabatannya, jika tak mampu dan hanya berjanji akan menutup tempat hiburan malam yang menampilkan tarian telanjang.
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan HMI Kota Malang, terindikasi ada empat tempat hiburan malam yang menampilkan aksi pornoaksi dan prostitusi. “Silakan hal itu diinvestigasi oleh pemerintah. Jangan hanya duduk manis membiarkan kemaksiatan merajalela di ‘Kota Pendidikan’,” kata dia lagi.
Mahasiswa yang berdemo itu ditemui oleh Handi Priyanto, Asisten I Pemkot Malang. Di depan mahasiswa, Handi menegaskan akan menindaklanjuti dan akan segera melakukan razia ke tempat hiburan malam yang terindikasi menampilkan tarian striptis.
Di Hari yang sama ini juga ada aksi demonstrasi yang mewarnai Bundaran Tugu Kota Malang. Kelompok massa gabungan dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Front Mahasiswa Nasional (FMN). Mereka menyuarakan aspirasi dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September. Di depan Gedung DPRD Kota Malang, GMNI dan FMN berorasi dengan tuntutan sama.
Mahasiswa yang berdemo itu ditemui oleh anggota DPRD selanjutnya diajak dialok tentang tuntutan mereka malalui perwakilan yang telah di tunjuk oleh pendemo.
Sumber: kompas.com